Agar Anak autistik verbal dan sekolah reguler butuh perjuangan berat
dr Rudy Sutadi SpA, MARS, SPdI
Orangtua jangan ragu untuk mengusahakan anak-anak mereka untuk verbal. Jangan terpengaruh orang-orangtua lain atau profesional (katanya) yang mengatakan tidak perlu verbal, yang penting bisa komunikasi. Hah? Sungguh aneh.
Dan bagi orang-orangtua maupun pemilik-pemilik tempat terapi, yang anak-anak mereka tidak verbal, maka mohon tidak mengeluarkan pernyataan yang sesat dan menyesatkan, sehingga bisa sangat merugikan anak-anak autistik yang lain.
Saya sangat kagum pada seorang sahabat, yang waktu tahun 2.000 beberapa orangtua mendatangkan ahli Biomedical Intervention (Dr. Jeff Bradstreet), mengatakan "mungkin anak saya tidak mendapat manfaat maksimal oleh karena mungkin sudah terlambat, tetapi apa yang kita kerjakan saat ini pasti akan bermanfaat bagi anak-anak autistik lain di Indonesia yang mungkin saat ini belum lahir".
Jadi, mohon para pemilik tempat terapi yang anak-anak mereka tidak verbal, memperbaiki apa yang perlu diperbaiki, serta jadikanlah contoh/pelajaran sehingga anak mereka tidak verbal, apa saja kesalahannya sehingga orang-orangtua yang lain tidak melakukan kesalahan yang sama.
Saya sungguh sangat menaruh hormat pada seorang pemilik tempat terapi yang mengundang ibu Liza untuk memberikan pelatihan ABA bagi terapis-terapisnya serta orang-orangtua kliennya. Dalam pelatihan itu, pemilik tempat tersebut dengan hebatnya mengakui kesalahannya kepada beberapa orangtua yang memprotes keras mengapa tidak menjalankan ABA secara benar bagi anak-anak mereka, tetapi lebih hebat lagi beliau mengajak para orangtua untuk bersama-sama melakukan perbaikan. Wah, ini manusia langka, oleh karena umumnya orang takut diketahui salahnya, bahkan setelah ketahuan salah maka akan ngeyel.
Ayo para orangtua, sadarlah bahwa sangat penting anak-anak autistik kita untuk verbal dan sekolah reguler. Tetapi memang itu butuh perjuangan yang berat, yang tentunya tidak cocok untuk orang-orangtua yang "malas".
Autism is Curable, Insha Allah
Prof. Lovaas merupakan profesional pertama yang menerapkan ABA (Applied Behavior Analysis) untuk autisme. Dimulai pada tahun 1962, kemudian publikasi pertama pada tahun 1967, sehingga ABA untuk autisme dikenal juga sebagai Metode Lovaas.
Pada tahun 1993, Catherine Maurice menerbitkan bukunya yang berjudul Let Me Hear Your Voice, sehingga ABA terkenal ke seluruh dunia.
Dalam bukunya tersebut, Catherine Maurice menceriterakan tentang 2 anaknya yang autistik yang ditangani dengan ABA oleh Prof. Lovaas dan team, kemudian keduanya membaik sehingga tidak bisa dibedakan dengan anak lain.
Dokter Spesialis Anak yang menangani Autisme ini merupakan profesional yang langka, karena menguasai dua Terapi Utama Autisme yaitu ABA (Applied Behavior Analysis) dan Biomedical Intervention Therapy (BIT).
Kiprahnya diakui secara nasional maupun di lingkup internasional.
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI, adalah profesional Indonesia pertama yang menyebarluaskan dan mempopulerkan ABA untuk autisme di Indonesia, sejak tahun 1997.
Mempelajari ABA dari berbagai sumber, antara lain:
› LIFE (Lovaas Institute For Early Intervention), Los Angeles, USA
› PennState University, Pennsylvania, USA
› The Option Institute, New York, USA
› ISADD (Integration Service For Autism And Development Delay), Perth, Australia
› dan lain-lain
"Hampir seluruh tujuan hidup saya sudah diwujudkan. Sekarang, keinginan saya lebih ke arah ibadah, antara lain dengan membagi ilmu yang saya punya"
Demikian pendirian Liza, yang merupakan tokoh penerus ABA (Applied Behavior Analysis) untuk autisme di Indonesia.
Liza merupakan penggagas backToABA, yaitu setelah beberapa lama mengamati dan mempelajari bahwa sampai saat ini hanya ABA-lah satu-satunya metode yang telah teruji melalui berbagai penelitian ternyata terbukti efektif dan efisien untuk mengajar dan melatih anak-anak autistik (autisme).
Namun beberapa tahun setelah dokter Rudy tidak dapat aktif, penggunaan ABA yang betul dan benar mulai terkikis, oleh karena itu Liza menggagas "Kembali Ke ABA" (Back To ABA)
Liza telah memberikan pelatihan ABA ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Pendapatnya tentang berbagai jenis terapi lainnya yang ada di Indonesia, Liza dengan tegas mengatakan "silahkan tunjukkan hasil penelitian metode tersebut untuk anak-anak autistik" (yang ternyata tak ada).