Autisme Bisa Sembuh - Insya Allah

KID ABA Ultimate For Autism

Grand Wisata AA 11 No.56-57-58, Bekasi, Jawa Barat 17510, Indonesia
Telpon/WhatsApp +62-85-100-90-6000
Home Lowongan Kerja Terapis Lokasi Kami (GoogleMaps) Hubungi Kami
Home Lowongan Kerja Terapis Lokasi Kami (GoogleMaps) Hubungi Kami
Home Lowongan Kerja Terapis Lokasi Kami (GoogleMaps) Hubungi Kami

Konferensi Nasional Autisme Indonesia Kedua - 12 & 13 September 2020

Tanya Ahli

AUTISME...?

Tanyakan Ahlinya ! Gratis

+62-889-8000-6000
(WhatsApp Only)

Mohon tulis nama-lengkap bapak/ibu dan gelar lengkap (jika ada), serta kota tempat tinggal.

Autism Is Curable - Insha Allah
Dengan Smart-ABA dan Smart-BIT

Terapi Autisme Jaman Now


Appointment Konsultasi

Anak Terlambat Bicara?

Curiga Anak Anda Autisme?

Anak Anda Didiagnosis Autisme?

Ingin Konsultasi Temu Muka Lebih Lanjut Dengan Dokter Khusus Autisme?

Aplikasi ini untuk melakukan/mendapatkan penjadwalan tanggal dan jam untuk Konsultasi Temu Muka dengan DOKTER KHUSUS yang menangani Autisme di KID ABA Ultimate, Grand Wisata, Tambun Selatan, Bekasi 17510, Jawa Barat, Indonesia


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Diagnosis App

Anak Terlambat Bicara?

Apakah Anak Anda Autisme?

Aplikasi Untuk Diagnosis Autisme

Aplikasi ini untuk digunakan dokter / orangtua / keluarga / guru / terapis / profesional / klinik atau siapapun, untuk keperluan penyaring (SCREENING kemungkinan autisme ataukah tidak) maupun DIAGNOSIS autisme itu sendiri.


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Smart BIT-App

Aplikasi Untuk Pelaksanaan Smart BIT (Biomedical Intervention Therapy) Untuk Autisi (Penyandang Autisme)

Smart BIT terdiri dari Comprehensive Diet, Obat, dan Suplemen.
Aplikasi ini untuk membantu orangtua (dan dokter) dalam pelaksanaannya


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Smart ABA-App

Aplikasi Untuk Pelaksanaan Smart ABA (Applied Behavior Analysis) Untuk Autisi (Penyandang Autisme)

Aplikasi ini meliputi Kurikulum Sistematik, Penilaian Berlangsungnya Teaching Session, Pelaporan Sesi dan Pekanan, Bimbingan dan Konsultasi Masalah


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Kursus Smart-ABA

Aplikasi Untuk Mempelajari Teori dan Praktek Smart ABA (Applied Behavior Analysis) Untuk Autisi (Penyandang Autisme)

Aplikasi ini meliputi Pengajaran Teori dan Tehnik Praktis yang berhubungan langsung untuk pelaksanaan Smart ABA yang baik dan benar, Simulasi, serta Bimbingan dan Konsultasi


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Artikel Smart ABA dan Smart BIT

PESAN UNTUK ORANGTUA ANAK AUTISTIK

Autisme, smart ABA & smart BIT untuk Autisme
dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I (Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Artikel ini telah dibaca: 9108 kali, sejak 30 Maret 2017
Waktu terakhir dibaca 29 Maret 2023, jam 06:28:54

 

Pesan untuk orangtua anak autistik

Autisme, smart ABA & smart BIT untuk Autisme
dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I (Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Pesan untuk orangtua anak autistik || Autisme ABA Applied Behavior Analysis Lovaas Indonesia Jakarta Bekasi

Pesan Untuk Orangtua

dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I
(Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Bagi orangtua yang anaknya baru saja didiagnosis autisme, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jika orangtua tidak faham apa itu autisme, mungkin diagnosis autisme tidak berpengaruh pada orangtua. Namun jika orangtua tahu atau kemudian tahu atau faham tentang autisme, maka akan terjadi suatu rangkaian reaksi yang disebut sebagai coping-mechanism yaitu sebagaimana yang umum terjadi pada seseorang dalam menghadapi/mengalami suatu kenyataan berat seperti misalnya saat seseorang diberitahu menderita kanker, atau saat seseorang kehilangan orang yang dicintainya, dan lain sebagainya.

Reaksi/respons yang pertama terjadi adalah awalnya orangtua akan syok, kaget, dan tidak percaya serta mempertanyakan diagnosis. Bisa jadi kemudian orangtua mencari second-opinion dari dokter yang lain, bahkan mungkin tidak cukup 1-2 dokter saja. Hal ini bisa menyebabkan tertundanya intervensi dini yang sangat dibutuhkan oleh anak autistik. Hal yang berbahaya ialah jika dalam perjalanan shopping dokter ini, kemudian bertemu dengan dokter yang tidak menguasai autisme tetapi dengan menyakinkan mengatakan bukan autisme, sehingga menyebabkan orangtua tidak lagi mencoba mencari tahu atau mendapatkan diagnosis.

Namun orangtua yang memperhatikan anaknya, kemudian akan menyadari bahwa anak autistiknya memang benar-benar berbeda dengan anak sepantarannya seumumnya, apakah itu dibandingkan dengan kakaknya waktu seumur anaknya yang sekarang, atau dibanding sepupu anaknya, atau dibanding anak teman atau tetangga. Yang pasti orangtua yang memperhatikan anaknya akan melihat perbedaan tersebut, dan atau menyadari bahwa anak autistiknya tidak juga mengalami kemampuan yang diharap-harapkan misalnya tidak juga anak berbicara, dan atau semakin jelas terlihat perilaku autistiknya. Jika kemudian orangtua melanjutkan lagi shopping dokter untuk mendapatkan diagnosis, dan kemudian mendapati dokter yang bisa menyakinkan atau bisa memberi diagnosis dengan yakin dan benar serta disertai dasar-dasarnya, maka mungkin rangkaian respons/reaksi berikutnya yaitu marah dan menyalahkan.

Pada rangkaian respons yang berikut ini orangtua akan marah terhadap berbagai hal dan menyalahkan segalanya. Mungkin marah dan menyalahkan diri sendiri, atau saling menyalahkan antara suami-istri atau terhadap orang lain. Bahkan mungkin marah kepada Tuhan yaitu kenapa diberi anak autistik, why me?!

Setelah terjadinya respons/reaksi marah dan menyalahkan, hal yang berikut yang terjadi yaitu penyangkalan (denial). Dalam tahap ini orangtua belum bisa menerima bahwa kenyataannyalah anak mereka autistik, sehingga bukannya berjuang (fight) untuk mengatasi autistik anak mereka, tetapi melakukan pelarian (flight) dari kenyataan berat/pahit ini yaitu dengan menyakinkan diri sendiri bukan autistik. Bahaya pada tahap ini adalah jika penyangkalan ini diperkuat oleh orang lain, baik itu dokter/profesional ataupun bukan yang menyatakan bahwa anaknya bukan autistik. Orangtua dapat tertahan/terperangkap di dalam fase penyangkalan ini, yang akhirnya tidak melakukan usaha-usaha apapun.

Jika fase penyangkalan (denial) dapat terlampaui, maka tahap berikutnya adalah fase bertanya-tanya yaitu orangtua mencari tahu, mencari lebih banyak lagi informasi tentang autisme dan diagnosis autisme. Yang akhirnya orangtua pasrah dan dapat menerima kenyataan yang sebenarnya. Beruntunglah orangtua yang bisa melalui fase-fase tersebut dan mencapai fase penerimaan/menerima (acceptance).

Perlu diketahui bahwa untuk masing-masing orang, tahap-tahap sampai dengan penerimaan ini berbeda-beda, baik berbeda dalam hal reaksi.respons yang keluar/tampak, maupun dalam lamanya masing-masing fase berlangsung. Ada orang yang bisa melalui seluruh fase ini dengan cepat sampai dengan ke fase penerimaan, namun ada pula yang melalui dengan lambat di satu dua fase ini ataupun seluruh fase ini. Ada juga orang yang tertahan/terperangkap dalam suatu fase, yaitu mungkin tidak percaya terus, mungkin marah terus, atau menyangkal terus, atau mungkin bertanya-tanya terus. Jika kita mengalami hal ini, maka sudah seharusnyalah terlebih dahulu kita yang mendapat terapi. Salah satu terapi yang berperan untuk penerimaan ini adalah terapi rohani, yaitu mendekatkan diri kepada Allah, sabar dan tawakal, serta harus yakin terhadap taqdir berupa qodar baik dan “buruk” yang sudah digariskan oleh Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu yang berasal dari Allah pastilah baik, pastilah Allah mempunyai rencana mengapa kita dianugerahi anak autistik, dan rencana Allah pastilah baik. Tidak pernah rencana Allah jelek atau menzhalimi umatNya, karena boleh jadi yang tidak kita sukai/kehendaki sebenarnyalah baik bagi kita (sedangkan yang kita sukai/kehendaki sebenarnya tidak baik bagi kita). Minimal, bahwa kita diberi kepercayaan yang besar oleh Allah untuk mengurus dan menjaga seorang anak spesial ini. Jika kita diberi kepercayaan oleh atasan di tempat kerja kita saja bangga, diberi kepercayaan oleh seorang manusia saja kita berbangga, nah sudah seharusnyalah dan sepatutnyalah jika kita teramat sangat-sangat-sangat bangga diberi kepercayaan oleh Pencipta dan Penguasa seluruh alam semesta ini.

Saya juga pernah mengalami hal ini, yaitu dianugerahi seorang putra yang autistik. Namun rupanya Allah mempunyai rencana baikNya sendiri. Yaitu, oleh karena penulis seorang dokter spesialis anak yang sudah terbiasa membaca berbagai text-book, jurnal, dan berbagai publikasi ilmiah, maka bagi penulis relatif mudah melahap pengetahuan tentang autisme ini dan terutama sekali dalam mempelajari serta menguasai metode ABA (Applied Behavior Analysis), yaitu suatu metode yang dasar-dasarnya sudah dikembangkan lebih dari 1 abad dan melalui banyak sekali penelitan, serta metode yang praktis, sistematis, terstruktur dan terukur, terlebih lagi sudah terbukti efektif dan efisien. Di samping ABA, juga Biomedical Intervention Therapy, yaitu pada tahun 2.000 penulis diminta oleh ibu Debby Sianturi yang adalah Ketua YPAI (Yayasan Peduli Autisme Indonesai) untuk menjadi Leader MD dalam mendampingi sekitar 20 orangtua selama persiapan serta selama sesi-sesi konsultasi dengan dokter Jeff Bradstreet, yaitu ahli dan praktisi Biomedical Intervention Therapy yang berkenan datang ke Indonesia. Sehingga akhirnya penanganan autisme di Indonesia terarah dalam jalur yang benar, yang bahkan tidak dialami./dinikmati oleh banyak negara lain, sehingga kemudian atas izin Allah dengan ABA dan Biomedical Intervention Therapy ini maka telah banyak penyandang autisme di Indonesia (dan Amerika) mencapai tingkat yang bisa dikatakan sembuh, yaitu suatu tingkat yang dulu dikatakan sebagai hal yang mustahil. Itulah rencana Allah, yaitu penulis dianugerahi anak autistik agar supaya menguasai penanganan autisme yang benar serta bisa menyebarluaskan untuk anak-anak/orangtua lain sehingga penanganan autisme di Indonesia berada dalam jalur yang benar, dengan hadiah bagi penulis yaitu Allah SWT menghadiahi kesembuhan kepada anak penulis, bahkan termasuk anak yang berprestasi.

Jadi, bagi orangtua, jangan membuang-buang waktu, tidak perlu lagi coba-coba metode lain yang tidak mempunyai dasar ilmiah, dan/atau belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas dan efisiensinya.


Sejak tahun 1968 sudah ada metode ABA untuk Autisme, yang kemudian sejak tahun 2009 di Indonesia, saya dan Ibu Arneliza Anwar kembangkan menjadi smart ABA yang (almost) perfect seperti yang dikemukakan pada baris-baris sebelumnya, di samping juga adanya Biomedical Intervention Therapy yang bukan merupakan ilmu baru dan bukan ilmu alternatif, tetapi merupakan ilmu kedokteran mainstreaming karena dasar-dasar ilmiahnya serta praktek-prakteknya adalah dari ilmu-ilmu kedokteran yang sudah ada.




Seorang sahabat yang anak autistiknya sudah cukup besar pada tahun 2000 mengatakan kepada saya bahwa “mungkin apa-apa yang kita rintis sekarang ini bukan untuk anak-anak kita, tetapi pastilah orang-orangtua dan anak-anak mereka sesudah generasi kita ini akan menikmati buah/hasil dari rintisan kita saat ini”.

Jadi, intinya pesan bagi orangtua yang anaknya didiagnosis autisme, adalah:

  1. Ketahui dan sadari bahwa ada suatu mekanisme yang merupakan suatu refleks tubuh dalam menghadapi suatu kenyataan yang berat.
  2. Jangan sampai berlama-lama apalagi tertahan pada suatu fase yang menyebabkan tertundanya anak mendapat intervensi dini yang sesuai. Mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli di bidang kejiwaan/psikologi, bila perlu orangtua mendapat obat-obat yang sesuai. Terapi yang jangan dilupakan dan yang terpenting adalah terapi rohani.
  3. Jika lingkungan melihat orangtua tidak dapat menerima kenyataan (tidak mencapai tahap penerimaan) dengan segera (atau suami/istri mengetahui bahwa kondisi pasangannya adalah demikian), maka sebaiknya menolong dengan misalnya menghubungi alim-ulama/pemuka-agama yang “suaranya (nasihatnya) didengar” oleh orangtua tersebut.
  4. Setelah melewati masa berduka ini, segeralah mempelajari segala sesuatu tentang autisme, dan terutama tentang terapi yang tepat untuk autisme.
  5. Orangtua harus kritis terhadap berbagai hal, terutama sekali tentang metode terapi dan/atau terapis dan/atau tempat-tempat terapi.
    1. Pilihlah terapis/tempat-terapi yang menggunakan metode terapi yang dirancang khusus untuk autistik dan yang secara ilmiah telah terbukti efektif dan efisien. Karena banyak terapis/tempat-terapi yang tidak menggunakan metode tertentu, atau metode yang bukan dirancang untuk autisme, atau metode yang tidak ada dasar ilmiahnya maupun tidak ada penelitian ilmiah yang membuktikan metode itu efektif dan efisien.
    2. Pilihlah terapis/tempat-terapi yang yakin bahwa autisme adalah suatu kondisi yang dapat disembuhkan. Oleh karena sementara ini ada orang-orang yang masih mempunyai keyakinan bahwa autisme tidak bisa sembuh/disembuhkan. Orang-orang seperti itu pastilah tidak akan serius menangani anak autistik kita, oleh karena mungkin mereka akan berpikir “serius tidak serius, toh tidak akan sembuh, jadi lebih baik santai sajalaaah...”. Hanya mereka yang yakin bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan yang akan “jumpalitan” mengerahkan segala tenaga dan kemampuan dalam menangani anak-anak autistik kita.
    3. Tanyakan assessment (penilaian) sebelum terapi dimulai. Tanyakan kurikulum/program/aktivitas yang akan dilakukan/diterapkan pada anak kita. Teliti dan tanyakan kaitan antara assessment dengan kurikulum/program.aktivitas, yang seharusnya link and match. Karena banyak yang melakukan terapi tanpa melakukan assessment, ataupun assessment hanya dilakukan sekedar formalitas sehingga kurikulum/program/aktivitas tidak berdasarkan hasil assessment yang baik dan benar.
    4. Orangtua jangan malu/kuatir dikatakan cerewet, oleh karena sepenuhnya hak orangtua untuk diberi informasi yang cukup dan menanyakan berbagai hal yang ingin diketahuinya dan/atau tidak dimengerti/difahaminya, sebelum terapi dilakukan, yang mana merupakan bagian dari informed-consent.
  6. Bergabunglah dengan kelompok orangtua yang mempunyai keyakinan bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan, sehingga tidak merasa sendirian di dunia ini, serta dapat berbagi suka-duka serta pemecahan/mengatasi masalah. Pengalaman-pengalaman positif dari orang-orangtua yang lebih dahulu menangani anak autistik mereka, akan sangat bermanfaat bagi kita sehingga menghemat waktu yang sangat berharga ini dalam penanganan anak autistik kita.
  7. Penanganan penyandang autisme secara serius dengan smart ABA dan smart Biomedical Intervention Therapy, akan menguras banyak waktu, tenaga, dan perhatian. Tetapi jangan dilupakan bahwa kita sebagai orangtua adalah juga manusia biasa, yang dilengkapi dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Mungkin kita tidak termasuk manusia super, sehingga konsentrasi kita terhadap penyembuhan anak autistik kita akan menguras banyak enerji dan kapasitas mental kita. Sehingga akhirnya bisa terjadi suatu kondisi yang disebut sebagai burn-out. Yaitu sampai batas kemampuan kita terlampaui, maka kita akan jenuh, sehingga kita jadi tidak melakukan apapun. Tidak bisa melakukan apapun, tidak mampu melakukan apapun, tidak mempunyai semangat serta gairah untuk melakukan apapun. Ujung-ujungnya malah yang tadinya kita top-full-speed, malah menjadi seperti menelantarkan anak spesial kita itu.

Jadi, untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka kita perlu meluangkan suatu waktu atau suatu hari untuk “berlibur”, Me-Day, hariku, hari khusus untuk diriku. Bisa saja itu sehari penuh atau kurang, namun intinya adalah break, istirahat, luangkan waktu untuk diri kita, tinggalkan sementara semua persoalan, semua kepusingan, semua kekacauan, semua kecemasan, semua gundah-gulana, dll.

Luangkan waktu sejenak untuk diri kita saja, bersenang-senanglah, hiburlah diri kita, agar supaya kita kembali segar, kembali di-charge, kembali semangat, kembali bergairah untuk kembali menangani anak spesial kita. Hal ini tidak identik dengan kita perlu mengeluarkan biaya yang besar, mungkin saja hanya sekedar duduk di pinggir pantai, mendengarkan debur ombak, sambil makan makanan kecil, menikmati minuman ringan, dan memandangi tenggelamnya matahari. Pokoknya suatu hal yang kita suka serta menyenangkan dan mungkin seperti yang dulu kadang/sering kita lakukan. Ini seperti halnya orang bekerja, kenapa harus ada libur mingguan (hari Minggu atau Sabtu dan Minggu), kenapa perlu cuti tahunan. Jawabannya adalah untuk refreshing, untuk recharge.

  1. Selain itu, hal yang penting juga adalah memperhatikan pasangan (suami/istri) kita. Statistik memperlihatkan bahwa angka perceraian lebih tinggi pada keluarga yang mempunyai anak autistik, dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai anak autistik. Di samping itu juga, perlu diperhatikan terjadinya sibling-rivalry (rivalitas saudara kandung), dimana terjadi kecemburuan pada anak yang non autistik, oleh karena perhatian kedua orangtuanya tercurah pada anak yang autistik.


 

KID ABA Shop

Tersedia Berbagai Kebutuhan Pro Autisi

10 Jenis Beras, 5 Macam Daging HALAL, 6 Minyak Goreng, Garam Himalaya, Alat Masak Kaca, Wadah Kaca, Botol Kaca, Sendok Kayu, Sabun Mandi, Sabun Cuci, Siwak, dlsb


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)



Lowongan Terapis

Sebagai Terapis Smart ABA

(Smart Applied Behavior Analysis)
Untuk Autisi (Penyandang Autisme)

  • Wanita Muslimah, Taat Dan Takut Pada Allah
  • Rutin Shalat Awal Waktu, Dan Hafal Minimal Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas
  • Bersedia Menggunakan Busana Muslimah Syar'i (Diberikan)
  • S1 (Sarjana) Lulusan Apapun (Semua Jurusan, Misalnya Ekonomi, Hukum, Tehnik, Informatika, Pertanian, Peternakan, Gizi, Keperawatan, Matematika, Biologi, Pendidikan Islam, dlsb)
  • Usia Maksimal 27 Tahun
  • Belum Menikah. Tidak berencana menikah dalam 2 tahun masa kontrak.
  • Sehat Jasmani dan Rohani. Tidak ada penyakit kronis.
  • Tidak Ada Cacat/Masalah Fisik, Tidak Berkacamata, Tidak Cadel, Tidak Ada Masalah Pendengaran, Tidak Menggunakan Alat Bantu Dengar / Lainnya
  • Jujur, Rajin, Amanah, Berakhlak / Beradab / Beretika
  • Bisa Bekerjasama Dalam Team, Dan Bertanggung Jawab
  • Bersedia Mengikuti Training Dan Magang Sekitar 1-6 Bulan/Lebih
  • Bersedia Menjalani Kontrak Ikatan Kerja 3 (Tiga) Tahun
  • Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Indonesia (Maupun Seluruh Dunia » Dalam Perencanaan)
  • (Untuk Penempatan Di Seluruh Dunia: Mampu Berbahasa Inggris Aktif » Dalam Perencanaan)
  • Belum Pernah Menangani Autisi (Penyandang Autisme)
  • Bersedia Mengikuti Seluruh Peraturan Tertulis Maupun Tidak Tertulis

CV dan Surat Lamaran:  

Via Email:
terapis@kidaba.com

Via WhatsApp:
+62-85-100-90-6000

Via Pos:
KID-ABA Ultimate, Grand Wisata Blok AA 11 No.56-57-58, Tambun, Bekasi 17510, Jawa Barat, Indonesia

Via Form Website:

(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)

KID ABA Ultimate
Mendidik Generasi Milenial
Menjadi Generasi Qur'ani, Rabbani, Penegak Islam Berakhlak Mulia Sejak Dini


Tanya Ahli

AUTISME...?

Tanyakan Ahlinya ! Gratis

+62-889-8000-6000
(WhatsApp Only)

Mohon tulis nama-lengkap bapak/ibu dan gelar lengkap (jika ada), serta kota tempat tinggal.

Autism Is Curable - Insha Allah
Dengan Smart-ABA dan Smart-BIT

Terapi Autisme Jaman Now


Appointment Konsultasi

Anak Terlambat Bicara?

Curiga Anak Anda Autisme?

Anak Anda Didiagnosis Autisme?

Ingin Konsultasi Temu Muka Lebih Lanjut Dengan Dokter Khusus Autisme?

Aplikasi ini untuk melakukan/mendapatkan penjadwalan tanggal dan jam untuk Konsultasi Temu Muka dengan DOKTER KHUSUS yang menangani Autisme di KID ABA Ultimate, Grand Wisata, Tambun Selatan, Bekasi 17510, Jawa Barat, Indonesia


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


KID ABA Shop

Tersedia Berbagai Kebutuhan Pro Autisi

10 Jenis Beras, 5 Macam Daging HALAL, 6 Minyak Goreng, Garam Himalaya, Alat Masak Kaca, Wadah Kaca, Botol Kaca, Sendok Kayu, Sabun Mandi, Sabun Cuci, Siwak, dlsb


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Artikel Smart ABA dan Smart BIT

PESAN UNTUK ORANGTUA ANAK AUTISTIK

Autisme, smart ABA & smart BIT untuk Autisme
dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I (Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Artikel ini telah dibaca: 9108 kali, sejak 30 Maret 2017
Waktu terakhir dibaca 29 Maret 2023, jam 06:28:54

 

Pesan untuk orangtua anak autistik

Autisme, smart ABA & smart BIT untuk Autisme
dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I (Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Pesan untuk orangtua anak autistik || Autisme ABA Applied Behavior Analysis Lovaas Indonesia Jakarta Bekasi

Pesan Untuk Orangtua

dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I
(Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Bagi orangtua yang anaknya baru saja didiagnosis autisme, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jika orangtua tidak faham apa itu autisme, mungkin diagnosis autisme tidak berpengaruh pada orangtua. Namun jika orangtua tahu atau kemudian tahu atau faham tentang autisme, maka akan terjadi suatu rangkaian reaksi yang disebut sebagai coping-mechanism yaitu sebagaimana yang umum terjadi pada seseorang dalam menghadapi/mengalami suatu kenyataan berat seperti misalnya saat seseorang diberitahu menderita kanker, atau saat seseorang kehilangan orang yang dicintainya, dan lain sebagainya.

Reaksi/respons yang pertama terjadi adalah awalnya orangtua akan syok, kaget, dan tidak percaya serta mempertanyakan diagnosis. Bisa jadi kemudian orangtua mencari second-opinion dari dokter yang lain, bahkan mungkin tidak cukup 1-2 dokter saja. Hal ini bisa menyebabkan tertundanya intervensi dini yang sangat dibutuhkan oleh anak autistik. Hal yang berbahaya ialah jika dalam perjalanan shopping dokter ini, kemudian bertemu dengan dokter yang tidak menguasai autisme tetapi dengan menyakinkan mengatakan bukan autisme, sehingga menyebabkan orangtua tidak lagi mencoba mencari tahu atau mendapatkan diagnosis.

Namun orangtua yang memperhatikan anaknya, kemudian akan menyadari bahwa anak autistiknya memang benar-benar berbeda dengan anak sepantarannya seumumnya, apakah itu dibandingkan dengan kakaknya waktu seumur anaknya yang sekarang, atau dibanding sepupu anaknya, atau dibanding anak teman atau tetangga. Yang pasti orangtua yang memperhatikan anaknya akan melihat perbedaan tersebut, dan atau menyadari bahwa anak autistiknya tidak juga mengalami kemampuan yang diharap-harapkan misalnya tidak juga anak berbicara, dan atau semakin jelas terlihat perilaku autistiknya. Jika kemudian orangtua melanjutkan lagi shopping dokter untuk mendapatkan diagnosis, dan kemudian mendapati dokter yang bisa menyakinkan atau bisa memberi diagnosis dengan yakin dan benar serta disertai dasar-dasarnya, maka mungkin rangkaian respons/reaksi berikutnya yaitu marah dan menyalahkan.

Pada rangkaian respons yang berikut ini orangtua akan marah terhadap berbagai hal dan menyalahkan segalanya. Mungkin marah dan menyalahkan diri sendiri, atau saling menyalahkan antara suami-istri atau terhadap orang lain. Bahkan mungkin marah kepada Tuhan yaitu kenapa diberi anak autistik, why me?!

Setelah terjadinya respons/reaksi marah dan menyalahkan, hal yang berikut yang terjadi yaitu penyangkalan (denial). Dalam tahap ini orangtua belum bisa menerima bahwa kenyataannyalah anak mereka autistik, sehingga bukannya berjuang (fight) untuk mengatasi autistik anak mereka, tetapi melakukan pelarian (flight) dari kenyataan berat/pahit ini yaitu dengan menyakinkan diri sendiri bukan autistik. Bahaya pada tahap ini adalah jika penyangkalan ini diperkuat oleh orang lain, baik itu dokter/profesional ataupun bukan yang menyatakan bahwa anaknya bukan autistik. Orangtua dapat tertahan/terperangkap di dalam fase penyangkalan ini, yang akhirnya tidak melakukan usaha-usaha apapun.

Jika fase penyangkalan (denial) dapat terlampaui, maka tahap berikutnya adalah fase bertanya-tanya yaitu orangtua mencari tahu, mencari lebih banyak lagi informasi tentang autisme dan diagnosis autisme. Yang akhirnya orangtua pasrah dan dapat menerima kenyataan yang sebenarnya. Beruntunglah orangtua yang bisa melalui fase-fase tersebut dan mencapai fase penerimaan/menerima (acceptance).

Perlu diketahui bahwa untuk masing-masing orang, tahap-tahap sampai dengan penerimaan ini berbeda-beda, baik berbeda dalam hal reaksi.respons yang keluar/tampak, maupun dalam lamanya masing-masing fase berlangsung. Ada orang yang bisa melalui seluruh fase ini dengan cepat sampai dengan ke fase penerimaan, namun ada pula yang melalui dengan lambat di satu dua fase ini ataupun seluruh fase ini. Ada juga orang yang tertahan/terperangkap dalam suatu fase, yaitu mungkin tidak percaya terus, mungkin marah terus, atau menyangkal terus, atau mungkin bertanya-tanya terus. Jika kita mengalami hal ini, maka sudah seharusnyalah terlebih dahulu kita yang mendapat terapi. Salah satu terapi yang berperan untuk penerimaan ini adalah terapi rohani, yaitu mendekatkan diri kepada Allah, sabar dan tawakal, serta harus yakin terhadap taqdir berupa qodar baik dan “buruk” yang sudah digariskan oleh Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu yang berasal dari Allah pastilah baik, pastilah Allah mempunyai rencana mengapa kita dianugerahi anak autistik, dan rencana Allah pastilah baik. Tidak pernah rencana Allah jelek atau menzhalimi umatNya, karena boleh jadi yang tidak kita sukai/kehendaki sebenarnyalah baik bagi kita (sedangkan yang kita sukai/kehendaki sebenarnya tidak baik bagi kita). Minimal, bahwa kita diberi kepercayaan yang besar oleh Allah untuk mengurus dan menjaga seorang anak spesial ini. Jika kita diberi kepercayaan oleh atasan di tempat kerja kita saja bangga, diberi kepercayaan oleh seorang manusia saja kita berbangga, nah sudah seharusnyalah dan sepatutnyalah jika kita teramat sangat-sangat-sangat bangga diberi kepercayaan oleh Pencipta dan Penguasa seluruh alam semesta ini.

Saya juga pernah mengalami hal ini, yaitu dianugerahi seorang putra yang autistik. Namun rupanya Allah mempunyai rencana baikNya sendiri. Yaitu, oleh karena penulis seorang dokter spesialis anak yang sudah terbiasa membaca berbagai text-book, jurnal, dan berbagai publikasi ilmiah, maka bagi penulis relatif mudah melahap pengetahuan tentang autisme ini dan terutama sekali dalam mempelajari serta menguasai metode ABA (Applied Behavior Analysis), yaitu suatu metode yang dasar-dasarnya sudah dikembangkan lebih dari 1 abad dan melalui banyak sekali penelitan, serta metode yang praktis, sistematis, terstruktur dan terukur, terlebih lagi sudah terbukti efektif dan efisien. Di samping ABA, juga Biomedical Intervention Therapy, yaitu pada tahun 2.000 penulis diminta oleh ibu Debby Sianturi yang adalah Ketua YPAI (Yayasan Peduli Autisme Indonesai) untuk menjadi Leader MD dalam mendampingi sekitar 20 orangtua selama persiapan serta selama sesi-sesi konsultasi dengan dokter Jeff Bradstreet, yaitu ahli dan praktisi Biomedical Intervention Therapy yang berkenan datang ke Indonesia. Sehingga akhirnya penanganan autisme di Indonesia terarah dalam jalur yang benar, yang bahkan tidak dialami./dinikmati oleh banyak negara lain, sehingga kemudian atas izin Allah dengan ABA dan Biomedical Intervention Therapy ini maka telah banyak penyandang autisme di Indonesia (dan Amerika) mencapai tingkat yang bisa dikatakan sembuh, yaitu suatu tingkat yang dulu dikatakan sebagai hal yang mustahil. Itulah rencana Allah, yaitu penulis dianugerahi anak autistik agar supaya menguasai penanganan autisme yang benar serta bisa menyebarluaskan untuk anak-anak/orangtua lain sehingga penanganan autisme di Indonesia berada dalam jalur yang benar, dengan hadiah bagi penulis yaitu Allah SWT menghadiahi kesembuhan kepada anak penulis, bahkan termasuk anak yang berprestasi.

Jadi, bagi orangtua, jangan membuang-buang waktu, tidak perlu lagi coba-coba metode lain yang tidak mempunyai dasar ilmiah, dan/atau belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas dan efisiensinya.


Sejak tahun 1968 sudah ada metode ABA untuk Autisme, yang kemudian sejak tahun 2009 di Indonesia, saya dan Ibu Arneliza Anwar kembangkan menjadi smart ABA yang (almost) perfect seperti yang dikemukakan pada baris-baris sebelumnya, di samping juga adanya Biomedical Intervention Therapy yang bukan merupakan ilmu baru dan bukan ilmu alternatif, tetapi merupakan ilmu kedokteran mainstreaming karena dasar-dasar ilmiahnya serta praktek-prakteknya adalah dari ilmu-ilmu kedokteran yang sudah ada.




Seorang sahabat yang anak autistiknya sudah cukup besar pada tahun 2000 mengatakan kepada saya bahwa “mungkin apa-apa yang kita rintis sekarang ini bukan untuk anak-anak kita, tetapi pastilah orang-orangtua dan anak-anak mereka sesudah generasi kita ini akan menikmati buah/hasil dari rintisan kita saat ini”.

Jadi, intinya pesan bagi orangtua yang anaknya didiagnosis autisme, adalah:

  1. Ketahui dan sadari bahwa ada suatu mekanisme yang merupakan suatu refleks tubuh dalam menghadapi suatu kenyataan yang berat.
  2. Jangan sampai berlama-lama apalagi tertahan pada suatu fase yang menyebabkan tertundanya anak mendapat intervensi dini yang sesuai. Mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli di bidang kejiwaan/psikologi, bila perlu orangtua mendapat obat-obat yang sesuai. Terapi yang jangan dilupakan dan yang terpenting adalah terapi rohani.
  3. Jika lingkungan melihat orangtua tidak dapat menerima kenyataan (tidak mencapai tahap penerimaan) dengan segera (atau suami/istri mengetahui bahwa kondisi pasangannya adalah demikian), maka sebaiknya menolong dengan misalnya menghubungi alim-ulama/pemuka-agama yang “suaranya (nasihatnya) didengar” oleh orangtua tersebut.
  4. Setelah melewati masa berduka ini, segeralah mempelajari segala sesuatu tentang autisme, dan terutama tentang terapi yang tepat untuk autisme.
  5. Orangtua harus kritis terhadap berbagai hal, terutama sekali tentang metode terapi dan/atau terapis dan/atau tempat-tempat terapi.
    1. Pilihlah terapis/tempat-terapi yang menggunakan metode terapi yang dirancang khusus untuk autistik dan yang secara ilmiah telah terbukti efektif dan efisien. Karena banyak terapis/tempat-terapi yang tidak menggunakan metode tertentu, atau metode yang bukan dirancang untuk autisme, atau metode yang tidak ada dasar ilmiahnya maupun tidak ada penelitian ilmiah yang membuktikan metode itu efektif dan efisien.
    2. Pilihlah terapis/tempat-terapi yang yakin bahwa autisme adalah suatu kondisi yang dapat disembuhkan. Oleh karena sementara ini ada orang-orang yang masih mempunyai keyakinan bahwa autisme tidak bisa sembuh/disembuhkan. Orang-orang seperti itu pastilah tidak akan serius menangani anak autistik kita, oleh karena mungkin mereka akan berpikir “serius tidak serius, toh tidak akan sembuh, jadi lebih baik santai sajalaaah...”. Hanya mereka yang yakin bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan yang akan “jumpalitan” mengerahkan segala tenaga dan kemampuan dalam menangani anak-anak autistik kita.
    3. Tanyakan assessment (penilaian) sebelum terapi dimulai. Tanyakan kurikulum/program/aktivitas yang akan dilakukan/diterapkan pada anak kita. Teliti dan tanyakan kaitan antara assessment dengan kurikulum/program.aktivitas, yang seharusnya link and match. Karena banyak yang melakukan terapi tanpa melakukan assessment, ataupun assessment hanya dilakukan sekedar formalitas sehingga kurikulum/program/aktivitas tidak berdasarkan hasil assessment yang baik dan benar.
    4. Orangtua jangan malu/kuatir dikatakan cerewet, oleh karena sepenuhnya hak orangtua untuk diberi informasi yang cukup dan menanyakan berbagai hal yang ingin diketahuinya dan/atau tidak dimengerti/difahaminya, sebelum terapi dilakukan, yang mana merupakan bagian dari informed-consent.
  6. Bergabunglah dengan kelompok orangtua yang mempunyai keyakinan bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan, sehingga tidak merasa sendirian di dunia ini, serta dapat berbagi suka-duka serta pemecahan/mengatasi masalah. Pengalaman-pengalaman positif dari orang-orangtua yang lebih dahulu menangani anak autistik mereka, akan sangat bermanfaat bagi kita sehingga menghemat waktu yang sangat berharga ini dalam penanganan anak autistik kita.
  7. Penanganan penyandang autisme secara serius dengan smart ABA dan smart Biomedical Intervention Therapy, akan menguras banyak waktu, tenaga, dan perhatian. Tetapi jangan dilupakan bahwa kita sebagai orangtua adalah juga manusia biasa, yang dilengkapi dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Mungkin kita tidak termasuk manusia super, sehingga konsentrasi kita terhadap penyembuhan anak autistik kita akan menguras banyak enerji dan kapasitas mental kita. Sehingga akhirnya bisa terjadi suatu kondisi yang disebut sebagai burn-out. Yaitu sampai batas kemampuan kita terlampaui, maka kita akan jenuh, sehingga kita jadi tidak melakukan apapun. Tidak bisa melakukan apapun, tidak mampu melakukan apapun, tidak mempunyai semangat serta gairah untuk melakukan apapun. Ujung-ujungnya malah yang tadinya kita top-full-speed, malah menjadi seperti menelantarkan anak spesial kita itu.

Jadi, untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka kita perlu meluangkan suatu waktu atau suatu hari untuk “berlibur”, Me-Day, hariku, hari khusus untuk diriku. Bisa saja itu sehari penuh atau kurang, namun intinya adalah break, istirahat, luangkan waktu untuk diri kita, tinggalkan sementara semua persoalan, semua kepusingan, semua kekacauan, semua kecemasan, semua gundah-gulana, dll.

Luangkan waktu sejenak untuk diri kita saja, bersenang-senanglah, hiburlah diri kita, agar supaya kita kembali segar, kembali di-charge, kembali semangat, kembali bergairah untuk kembali menangani anak spesial kita. Hal ini tidak identik dengan kita perlu mengeluarkan biaya yang besar, mungkin saja hanya sekedar duduk di pinggir pantai, mendengarkan debur ombak, sambil makan makanan kecil, menikmati minuman ringan, dan memandangi tenggelamnya matahari. Pokoknya suatu hal yang kita suka serta menyenangkan dan mungkin seperti yang dulu kadang/sering kita lakukan. Ini seperti halnya orang bekerja, kenapa harus ada libur mingguan (hari Minggu atau Sabtu dan Minggu), kenapa perlu cuti tahunan. Jawabannya adalah untuk refreshing, untuk recharge.

  1. Selain itu, hal yang penting juga adalah memperhatikan pasangan (suami/istri) kita. Statistik memperlihatkan bahwa angka perceraian lebih tinggi pada keluarga yang mempunyai anak autistik, dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai anak autistik. Di samping itu juga, perlu diperhatikan terjadinya sibling-rivalry (rivalitas saudara kandung), dimana terjadi kecemburuan pada anak yang non autistik, oleh karena perhatian kedua orangtuanya tercurah pada anak yang autistik.


 

 

Diagnosis App

Anak Terlambat Bicara?

Apakah Anak Anda Autisme?

Aplikasi Untuk Diagnosis Autisme

Aplikasi ini untuk digunakan dokter / orangtua / keluarga / guru / terapis / profesional / klinik atau siapapun, untuk keperluan penyaring (SCREENING kemungkinan autisme ataukah tidak) maupun DIAGNOSIS autisme itu sendiri.


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Smart BIT-App

Aplikasi Untuk Pelaksanaan Smart BIT (Biomedical Intervention Therapy) Untuk Autisi (Penyandang Autisme)

Smart BIT terdiri dari Comprehensive Diet, Obat, dan Suplemen.
Aplikasi ini untuk membantu orangtua (dan dokter) dalam pelaksanaannya


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Smart ABA-App

Aplikasi Untuk Pelaksanaan Smart ABA (Applied Behavior Analysis) Untuk Autisi (Penyandang Autisme)

Aplikasi ini meliputi Kurikulum Sistematik, Penilaian Berlangsungnya Teaching Session, Pelaporan Sesi dan Pekanan, Bimbingan dan Konsultasi Masalah


(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)


Lowongan Terapis

Sebagai Terapis Smart ABA

(Smart Applied Behavior Analysis)
Untuk Autisi (Penyandang Autisme)

  • Wanita Muslimah, Taat Dan Takut Pada Allah
  • Rutin Shalat Awal Waktu, Dan Hafal Minimal Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas
  • Bersedia Menggunakan Busana Muslimah Syar'i (Diberikan)
  • S1 (Sarjana) Lulusan Apapun (Semua Jurusan, Misalnya Ekonomi, Hukum, Tehnik, Informatika, Pertanian, Peternakan, Gizi, Keperawatan, Matematika, Biologi, Pendidikan Islam, dlsb)
  • Usia Maksimal 27 Tahun
  • Belum Menikah. Tidak berencana menikah dalam 2 tahun masa kontrak.
  • Sehat Jasmani dan Rohani. Tidak ada penyakit kronis.
  • Tidak Ada Cacat/Masalah Fisik, Tidak Berkacamata, Tidak Cadel, Tidak Ada Masalah Pendengaran, Tidak Menggunakan Alat Bantu Dengar / Lainnya
  • Jujur, Rajin, Amanah, Berakhlak / Beradab / Beretika
  • Bisa Bekerjasama Dalam Team, Dan Bertanggung Jawab
  • Bersedia Mengikuti Training Dan Magang Sekitar 1-6 Bulan/Lebih
  • Bersedia Menjalani Kontrak Ikatan Kerja 3 (Tiga) Tahun
  • Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Indonesia (Maupun Seluruh Dunia » Dalam Perencanaan)
  • (Untuk Penempatan Di Seluruh Dunia: Mampu Berbahasa Inggris Aktif » Dalam Perencanaan)
  • Belum Pernah Menangani Autisi (Penyandang Autisme)
  • Bersedia Mengikuti Seluruh Peraturan Tertulis Maupun Tidak Tertulis

CV dan Surat Lamaran:  

Via Email:
terapis@kidaba.com

Via WhatsApp:
+62-85-100-90-6000

Via Pos:
KID-ABA Ultimate, Grand Wisata Blok AA 11 No.56-57-58, Tambun, Bekasi 17510, Jawa Barat, Indonesia

Via Form Website:

(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)

KID ABA Ultimate
Mendidik Generasi Milenial
Menjadi Generasi Qur'ani, Rabbani, Penegak Islam Berakhlak Mulia Sejak Dini


Aplikasi

AUTISME..?
Tanyakan Ahlinya..! Gratis

+62-889-8000-6000
(WhatsApp Only)

Mohon Maaf Aplikasi Tersebut Di Atas BELUM Berjalan (Masih Dalam Pengembangan)

Artikel Smart ABA dan Smart BIT

PESAN UNTUK ORANGTUA ANAK AUTISTIK

Autisme, smart ABA & smart BIT untuk Autisme
dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I (Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Artikel ini telah dibaca: 9108 kali, sejak 30 Maret 2017
Waktu terakhir dibaca 29 Maret 2023, jam 06:28:54

 

Pesan untuk orangtua anak autistik

Autisme, smart ABA & smart BIT untuk Autisme
dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I (Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Pesan untuk orangtua anak autistik || Autisme ABA Applied Behavior Analysis Lovaas Indonesia Jakarta Bekasi

Pesan Untuk Orangtua

dr Rudy Sutady, SpA, MARS, S Pd.I
(Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)

Bagi orangtua yang anaknya baru saja didiagnosis autisme, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jika orangtua tidak faham apa itu autisme, mungkin diagnosis autisme tidak berpengaruh pada orangtua. Namun jika orangtua tahu atau kemudian tahu atau faham tentang autisme, maka akan terjadi suatu rangkaian reaksi yang disebut sebagai coping-mechanism yaitu sebagaimana yang umum terjadi pada seseorang dalam menghadapi/mengalami suatu kenyataan berat seperti misalnya saat seseorang diberitahu menderita kanker, atau saat seseorang kehilangan orang yang dicintainya, dan lain sebagainya.

Reaksi/respons yang pertama terjadi adalah awalnya orangtua akan syok, kaget, dan tidak percaya serta mempertanyakan diagnosis. Bisa jadi kemudian orangtua mencari second-opinion dari dokter yang lain, bahkan mungkin tidak cukup 1-2 dokter saja. Hal ini bisa menyebabkan tertundanya intervensi dini yang sangat dibutuhkan oleh anak autistik. Hal yang berbahaya ialah jika dalam perjalanan shopping dokter ini, kemudian bertemu dengan dokter yang tidak menguasai autisme tetapi dengan menyakinkan mengatakan bukan autisme, sehingga menyebabkan orangtua tidak lagi mencoba mencari tahu atau mendapatkan diagnosis.

Namun orangtua yang memperhatikan anaknya, kemudian akan menyadari bahwa anak autistiknya memang benar-benar berbeda dengan anak sepantarannya seumumnya, apakah itu dibandingkan dengan kakaknya waktu seumur anaknya yang sekarang, atau dibanding sepupu anaknya, atau dibanding anak teman atau tetangga. Yang pasti orangtua yang memperhatikan anaknya akan melihat perbedaan tersebut, dan atau menyadari bahwa anak autistiknya tidak juga mengalami kemampuan yang diharap-harapkan misalnya tidak juga anak berbicara, dan atau semakin jelas terlihat perilaku autistiknya. Jika kemudian orangtua melanjutkan lagi shopping dokter untuk mendapatkan diagnosis, dan kemudian mendapati dokter yang bisa menyakinkan atau bisa memberi diagnosis dengan yakin dan benar serta disertai dasar-dasarnya, maka mungkin rangkaian respons/reaksi berikutnya yaitu marah dan menyalahkan.

Pada rangkaian respons yang berikut ini orangtua akan marah terhadap berbagai hal dan menyalahkan segalanya. Mungkin marah dan menyalahkan diri sendiri, atau saling menyalahkan antara suami-istri atau terhadap orang lain. Bahkan mungkin marah kepada Tuhan yaitu kenapa diberi anak autistik, why me?!

Setelah terjadinya respons/reaksi marah dan menyalahkan, hal yang berikut yang terjadi yaitu penyangkalan (denial). Dalam tahap ini orangtua belum bisa menerima bahwa kenyataannyalah anak mereka autistik, sehingga bukannya berjuang (fight) untuk mengatasi autistik anak mereka, tetapi melakukan pelarian (flight) dari kenyataan berat/pahit ini yaitu dengan menyakinkan diri sendiri bukan autistik. Bahaya pada tahap ini adalah jika penyangkalan ini diperkuat oleh orang lain, baik itu dokter/profesional ataupun bukan yang menyatakan bahwa anaknya bukan autistik. Orangtua dapat tertahan/terperangkap di dalam fase penyangkalan ini, yang akhirnya tidak melakukan usaha-usaha apapun.

Jika fase penyangkalan (denial) dapat terlampaui, maka tahap berikutnya adalah fase bertanya-tanya yaitu orangtua mencari tahu, mencari lebih banyak lagi informasi tentang autisme dan diagnosis autisme. Yang akhirnya orangtua pasrah dan dapat menerima kenyataan yang sebenarnya. Beruntunglah orangtua yang bisa melalui fase-fase tersebut dan mencapai fase penerimaan/menerima (acceptance).

Perlu diketahui bahwa untuk masing-masing orang, tahap-tahap sampai dengan penerimaan ini berbeda-beda, baik berbeda dalam hal reaksi.respons yang keluar/tampak, maupun dalam lamanya masing-masing fase berlangsung. Ada orang yang bisa melalui seluruh fase ini dengan cepat sampai dengan ke fase penerimaan, namun ada pula yang melalui dengan lambat di satu dua fase ini ataupun seluruh fase ini. Ada juga orang yang tertahan/terperangkap dalam suatu fase, yaitu mungkin tidak percaya terus, mungkin marah terus, atau menyangkal terus, atau mungkin bertanya-tanya terus. Jika kita mengalami hal ini, maka sudah seharusnyalah terlebih dahulu kita yang mendapat terapi. Salah satu terapi yang berperan untuk penerimaan ini adalah terapi rohani, yaitu mendekatkan diri kepada Allah, sabar dan tawakal, serta harus yakin terhadap taqdir berupa qodar baik dan “buruk” yang sudah digariskan oleh Nya. Percayalah bahwa segala sesuatu yang berasal dari Allah pastilah baik, pastilah Allah mempunyai rencana mengapa kita dianugerahi anak autistik, dan rencana Allah pastilah baik. Tidak pernah rencana Allah jelek atau menzhalimi umatNya, karena boleh jadi yang tidak kita sukai/kehendaki sebenarnyalah baik bagi kita (sedangkan yang kita sukai/kehendaki sebenarnya tidak baik bagi kita). Minimal, bahwa kita diberi kepercayaan yang besar oleh Allah untuk mengurus dan menjaga seorang anak spesial ini. Jika kita diberi kepercayaan oleh atasan di tempat kerja kita saja bangga, diberi kepercayaan oleh seorang manusia saja kita berbangga, nah sudah seharusnyalah dan sepatutnyalah jika kita teramat sangat-sangat-sangat bangga diberi kepercayaan oleh Pencipta dan Penguasa seluruh alam semesta ini.

Saya juga pernah mengalami hal ini, yaitu dianugerahi seorang putra yang autistik. Namun rupanya Allah mempunyai rencana baikNya sendiri. Yaitu, oleh karena penulis seorang dokter spesialis anak yang sudah terbiasa membaca berbagai text-book, jurnal, dan berbagai publikasi ilmiah, maka bagi penulis relatif mudah melahap pengetahuan tentang autisme ini dan terutama sekali dalam mempelajari serta menguasai metode ABA (Applied Behavior Analysis), yaitu suatu metode yang dasar-dasarnya sudah dikembangkan lebih dari 1 abad dan melalui banyak sekali penelitan, serta metode yang praktis, sistematis, terstruktur dan terukur, terlebih lagi sudah terbukti efektif dan efisien. Di samping ABA, juga Biomedical Intervention Therapy, yaitu pada tahun 2.000 penulis diminta oleh ibu Debby Sianturi yang adalah Ketua YPAI (Yayasan Peduli Autisme Indonesai) untuk menjadi Leader MD dalam mendampingi sekitar 20 orangtua selama persiapan serta selama sesi-sesi konsultasi dengan dokter Jeff Bradstreet, yaitu ahli dan praktisi Biomedical Intervention Therapy yang berkenan datang ke Indonesia. Sehingga akhirnya penanganan autisme di Indonesia terarah dalam jalur yang benar, yang bahkan tidak dialami./dinikmati oleh banyak negara lain, sehingga kemudian atas izin Allah dengan ABA dan Biomedical Intervention Therapy ini maka telah banyak penyandang autisme di Indonesia (dan Amerika) mencapai tingkat yang bisa dikatakan sembuh, yaitu suatu tingkat yang dulu dikatakan sebagai hal yang mustahil. Itulah rencana Allah, yaitu penulis dianugerahi anak autistik agar supaya menguasai penanganan autisme yang benar serta bisa menyebarluaskan untuk anak-anak/orangtua lain sehingga penanganan autisme di Indonesia berada dalam jalur yang benar, dengan hadiah bagi penulis yaitu Allah SWT menghadiahi kesembuhan kepada anak penulis, bahkan termasuk anak yang berprestasi.

Jadi, bagi orangtua, jangan membuang-buang waktu, tidak perlu lagi coba-coba metode lain yang tidak mempunyai dasar ilmiah, dan/atau belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas dan efisiensinya.


Sejak tahun 1968 sudah ada metode ABA untuk Autisme, yang kemudian sejak tahun 2009 di Indonesia, saya dan Ibu Arneliza Anwar kembangkan menjadi smart ABA yang (almost) perfect seperti yang dikemukakan pada baris-baris sebelumnya, di samping juga adanya Biomedical Intervention Therapy yang bukan merupakan ilmu baru dan bukan ilmu alternatif, tetapi merupakan ilmu kedokteran mainstreaming karena dasar-dasar ilmiahnya serta praktek-prakteknya adalah dari ilmu-ilmu kedokteran yang sudah ada.




Seorang sahabat yang anak autistiknya sudah cukup besar pada tahun 2000 mengatakan kepada saya bahwa “mungkin apa-apa yang kita rintis sekarang ini bukan untuk anak-anak kita, tetapi pastilah orang-orangtua dan anak-anak mereka sesudah generasi kita ini akan menikmati buah/hasil dari rintisan kita saat ini”.

Jadi, intinya pesan bagi orangtua yang anaknya didiagnosis autisme, adalah:

  1. Ketahui dan sadari bahwa ada suatu mekanisme yang merupakan suatu refleks tubuh dalam menghadapi suatu kenyataan yang berat.
  2. Jangan sampai berlama-lama apalagi tertahan pada suatu fase yang menyebabkan tertundanya anak mendapat intervensi dini yang sesuai. Mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli di bidang kejiwaan/psikologi, bila perlu orangtua mendapat obat-obat yang sesuai. Terapi yang jangan dilupakan dan yang terpenting adalah terapi rohani.
  3. Jika lingkungan melihat orangtua tidak dapat menerima kenyataan (tidak mencapai tahap penerimaan) dengan segera (atau suami/istri mengetahui bahwa kondisi pasangannya adalah demikian), maka sebaiknya menolong dengan misalnya menghubungi alim-ulama/pemuka-agama yang “suaranya (nasihatnya) didengar” oleh orangtua tersebut.
  4. Setelah melewati masa berduka ini, segeralah mempelajari segala sesuatu tentang autisme, dan terutama tentang terapi yang tepat untuk autisme.
  5. Orangtua harus kritis terhadap berbagai hal, terutama sekali tentang metode terapi dan/atau terapis dan/atau tempat-tempat terapi.
    1. Pilihlah terapis/tempat-terapi yang menggunakan metode terapi yang dirancang khusus untuk autistik dan yang secara ilmiah telah terbukti efektif dan efisien. Karena banyak terapis/tempat-terapi yang tidak menggunakan metode tertentu, atau metode yang bukan dirancang untuk autisme, atau metode yang tidak ada dasar ilmiahnya maupun tidak ada penelitian ilmiah yang membuktikan metode itu efektif dan efisien.
    2. Pilihlah terapis/tempat-terapi yang yakin bahwa autisme adalah suatu kondisi yang dapat disembuhkan. Oleh karena sementara ini ada orang-orang yang masih mempunyai keyakinan bahwa autisme tidak bisa sembuh/disembuhkan. Orang-orang seperti itu pastilah tidak akan serius menangani anak autistik kita, oleh karena mungkin mereka akan berpikir “serius tidak serius, toh tidak akan sembuh, jadi lebih baik santai sajalaaah...”. Hanya mereka yang yakin bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan yang akan “jumpalitan” mengerahkan segala tenaga dan kemampuan dalam menangani anak-anak autistik kita.
    3. Tanyakan assessment (penilaian) sebelum terapi dimulai. Tanyakan kurikulum/program/aktivitas yang akan dilakukan/diterapkan pada anak kita. Teliti dan tanyakan kaitan antara assessment dengan kurikulum/program.aktivitas, yang seharusnya link and match. Karena banyak yang melakukan terapi tanpa melakukan assessment, ataupun assessment hanya dilakukan sekedar formalitas sehingga kurikulum/program/aktivitas tidak berdasarkan hasil assessment yang baik dan benar.
    4. Orangtua jangan malu/kuatir dikatakan cerewet, oleh karena sepenuhnya hak orangtua untuk diberi informasi yang cukup dan menanyakan berbagai hal yang ingin diketahuinya dan/atau tidak dimengerti/difahaminya, sebelum terapi dilakukan, yang mana merupakan bagian dari informed-consent.
  6. Bergabunglah dengan kelompok orangtua yang mempunyai keyakinan bahwa autisme bisa sembuh/disembuhkan, sehingga tidak merasa sendirian di dunia ini, serta dapat berbagi suka-duka serta pemecahan/mengatasi masalah. Pengalaman-pengalaman positif dari orang-orangtua yang lebih dahulu menangani anak autistik mereka, akan sangat bermanfaat bagi kita sehingga menghemat waktu yang sangat berharga ini dalam penanganan anak autistik kita.
  7. Penanganan penyandang autisme secara serius dengan smart ABA dan smart Biomedical Intervention Therapy, akan menguras banyak waktu, tenaga, dan perhatian. Tetapi jangan dilupakan bahwa kita sebagai orangtua adalah juga manusia biasa, yang dilengkapi dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Mungkin kita tidak termasuk manusia super, sehingga konsentrasi kita terhadap penyembuhan anak autistik kita akan menguras banyak enerji dan kapasitas mental kita. Sehingga akhirnya bisa terjadi suatu kondisi yang disebut sebagai burn-out. Yaitu sampai batas kemampuan kita terlampaui, maka kita akan jenuh, sehingga kita jadi tidak melakukan apapun. Tidak bisa melakukan apapun, tidak mampu melakukan apapun, tidak mempunyai semangat serta gairah untuk melakukan apapun. Ujung-ujungnya malah yang tadinya kita top-full-speed, malah menjadi seperti menelantarkan anak spesial kita itu.

Jadi, untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka kita perlu meluangkan suatu waktu atau suatu hari untuk “berlibur”, Me-Day, hariku, hari khusus untuk diriku. Bisa saja itu sehari penuh atau kurang, namun intinya adalah break, istirahat, luangkan waktu untuk diri kita, tinggalkan sementara semua persoalan, semua kepusingan, semua kekacauan, semua kecemasan, semua gundah-gulana, dll.

Luangkan waktu sejenak untuk diri kita saja, bersenang-senanglah, hiburlah diri kita, agar supaya kita kembali segar, kembali di-charge, kembali semangat, kembali bergairah untuk kembali menangani anak spesial kita. Hal ini tidak identik dengan kita perlu mengeluarkan biaya yang besar, mungkin saja hanya sekedar duduk di pinggir pantai, mendengarkan debur ombak, sambil makan makanan kecil, menikmati minuman ringan, dan memandangi tenggelamnya matahari. Pokoknya suatu hal yang kita suka serta menyenangkan dan mungkin seperti yang dulu kadang/sering kita lakukan. Ini seperti halnya orang bekerja, kenapa harus ada libur mingguan (hari Minggu atau Sabtu dan Minggu), kenapa perlu cuti tahunan. Jawabannya adalah untuk refreshing, untuk recharge.

  1. Selain itu, hal yang penting juga adalah memperhatikan pasangan (suami/istri) kita. Statistik memperlihatkan bahwa angka perceraian lebih tinggi pada keluarga yang mempunyai anak autistik, dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai anak autistik. Di samping itu juga, perlu diperhatikan terjadinya sibling-rivalry (rivalitas saudara kandung), dimana terjadi kecemburuan pada anak yang non autistik, oleh karena perhatian kedua orangtuanya tercurah pada anak yang autistik.


 


Lowongan Terapis

Sebagai Terapis Smart ABA

(Smart Applied Behavior Analysis)
Untuk Autisi (Penyandang Autisme)

  • Wanita Muslimah, Taat Dan Takut Pada Allah
  • Rutin Shalat Awal Waktu, Dan Hafal Minimal Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas
  • Bersedia Menggunakan Busana Muslimah Syar'i (Diberikan)
  • S1 (Sarjana) Lulusan Apapun (Semua Jurusan, Misalnya Ekonomi, Hukum, Tehnik, Informatika, Pertanian, Peternakan, Gizi, Keperawatan, Matematika, Biologi, Pendidikan Islam, dlsb)
  • Usia Maksimal 27 Tahun
  • Belum Menikah. Tidak berencana menikah dalam 2 tahun masa kontrak.
  • Sehat Jasmani dan Rohani. Tidak ada penyakit kronis.
  • Tidak Ada Cacat/Masalah Fisik, Tidak Berkacamata, Tidak Cadel, Tidak Ada Masalah Pendengaran, Tidak Menggunakan Alat Bantu Dengar / Lainnya
  • Jujur, Rajin, Amanah, Berakhlak / Beradab / Beretika
  • Bisa Bekerjasama Dalam Team, Dan Bertanggung Jawab
  • Bersedia Mengikuti Training Dan Magang Sekitar 1-6 Bulan/Lebih
  • Bersedia Menjalani Kontrak Ikatan Kerja 3 (Tiga) Tahun
  • Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Indonesia (Maupun Seluruh Dunia » Dalam Perencanaan)
  • (Untuk Penempatan Di Seluruh Dunia: Mampu Berbahasa Inggris Aktif » Dalam Perencanaan)
  • Belum Pernah Menangani Autisi (Penyandang Autisme)
  • Bersedia Mengikuti Seluruh Peraturan Tertulis Maupun Tidak Tertulis

CV dan Surat Lamaran:  

Via Email:
terapis@kidaba.com

Via WhatsApp:
+62-85-100-90-6000

Via Pos:
KID-ABA Ultimate, Grand Wisata Blok AA 11 No.56-57-58, Tambun, Bekasi 17510, Jawa Barat, Indonesia

Via Form Website:

(Mohon Maaf, Masih Dalam Pengembangan)

KID ABA Ultimate
Mendidik Generasi Milenial
Menjadi Generasi Qur'ani, Rabbani, Penegak Islam Berakhlak Mulia Sejak Dini






Tokoh ABA Dunia

Prof. Ole Ivar Lovaas

Prof. Ole Ivar Lovaas
Bapak ABA Dunia

Profesional Pertama Di Dunia Yang Menerapkan ABA Untuk Autisme

Profesor Lovaas merupakan profesional pertama yang menerapkan ABA (Applied Behavior Analysis) untuk Autisi (Penyandang Autisme).
Dimulai pada tahun 1962, kemudian publikasi pertama pada tahun 1967, sehingga ABA untuk autisme dikenal juga sebagai Metode Lovaas.

Pada tahun 1993, Catherine Maurice menerbitkan bukunya yang berjudul Let Me Hear Your Voice, sehingga ABA menjadi terkenal ke seluruh dunia.
Dalam bukunya tersebut, Catherine Maurice menceriterakan tentang 2 anaknya yang autistik yang ditangani dengan ABA oleh Prof. Lovaas dan team, kemudian keduanya sembuh sehingga tidak bisa dibedakan dengan anak lain.

Setelah publikasi pertama penerapan ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme) oleh Prof. Lovaas pada tahun 1967, maka banyak ahli ABA dan praktisi ABA yang mengembangkan dan menyempurnakan ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme).
dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPd.I yang mempelajari ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme) juga mengembangkan dan menyempurnakannya, terlebih khusus lagi untuk penyesuaian penggunaannya dalam bahasa Indonesia.
Sejak tahun 2009, Rudy Sutadi dan Arneliza Anwar, mengembangkan Smart ABA dan dicanangkan pada tahun 2011. Yaitu melakukan assembling (perakitan) dan penyempurnaan Struktur-Struktur ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme), Sistematika khususnya dalam Bahasa Indonesia, dan Sistem Penilaian yang kuantitatif (terukur dengan angka-angka dan persentase). Sehingga Smart ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme) bisa dikatan nyaris sempurna.


Tokoh ABA Indonesia

dr. Rudy Sutadi

dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPd.I
Bapak ABA Indonesia

Profesional Indonesia Pertama Yang Mempopulerkan Dan Menyebarluaskan ABA Untuk Autisme Di Indonesia

Dokter Spesialis Anak yang menangani Autisme ini merupakan profesional yang langka, karena menguasai dua Terapi Utama Autisme yaitu ABA (Applied Behavior Analysis) dan Biomedical Intervention Therapy (BIT).
Kiprahnya diakui secara nasional maupun di lingkup internasional.

Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI, adalah profesional Indonesia pertama yang menyebarluaskan dan mempopulerkan ABA untuk autisme di Indonesia, sejak tahun 1997.

Mempelajari ABA dari berbagai sumber, antara lain:
» LIFE (Lovaas Institute For Early Intervention), Los Angeles, USA
» PennState University, Pennsylvania, USA
» The Option Institute, New York, USA
» ISADD (Integration Service For Autism And Development Delay), Perth, Australia
» CalABA (California Association For Behavior Analysis), USA
» dan lain-lain

Sejak tahun 2009, Rudy Sutadi dan Arneliza Anwar, mengembangkan Smart ABA dan dicanangkan pada tahun 2011. Yaitu melakukan assembling (perakitan) dan penyempurnaan Struktur-Struktur / SOP ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme), Sistematika khususnya dalam Bahasa Indonesia, dan Sistem Penilaian yang kuantitatif (terukur dengan angka-angka dan persentase keberhasilan). Sehingga Smart ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme) bisa dikatan nyaris sempurna.

» baca selengkapnya


Tokoh Penerus ABA

Liza Arneliza Anwar

Liza (Arneliza Anwar)
Tokoh Penerus ABA Indonesia

Advance Trainer Pada Smart ABA

Beberapa tahun setelah dokter Rudy tidak dapat aktif, penggunaan ABA yang betul dan benar sudah terkikis dan melenceng jauh, oleh karena itu Liza menggagas "Kembali Ke ABA" (Back To ABA).
Kemudian Liza bersama dokter Rudy mengembangkan Smart ABA.

Smart ABA merupakan ABA (Applied Behavior Analysis) yang dikembangkan oleh dokter Rudy bersama Liza, yaitu dengan melakukan assembling (perakitan) berbagai Struktur / SOP (Standard Operating Procedure), serta Sistematika yang khusus bahasa Indonesia, dan tolok ukur yang jelas (yaitu Sistem Penilaian yang kuantitatif dengan angka-angka dan persentase keberhasilan). Juga Kurikulum (Program dan Aktivitas) yang sangat jauh dikembangkan.

Sampai dengan tahun 2019, Liza telah memberikan lebih dari 50 kali Pelatihan / Training Smart ABA ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Pendapatnya tentang berbagai jenis terapi lainnya yang ada di Indonesia, Liza dengan tegas mengatakan "silahkan tunjukkan hasil penelitian metode tersebut untuk anak-anak autistik" (yang ternyata tak ada).
Sedangkan pendapatnya tentang terapis atau klinik/tempat terapi yang menangani autisme, "silahkan tanyakan berapa anak yang telah berhasil masuk sekolah reguler dengan benar, bukan sekedar sekolah-sekolahan, bukan sekolah inklusi apalagi sekolah khusus atau sekolah luar biasa", tukasnya.

Sejak tahun 2010 Liza/Arneliza mulai merintis berdiri dan terselenggaranya KID ABA (Klinik Intervensi Dini - Applied Behavior Analysis) untuk Autisi (Penyandang Autisme), di kawasan Grand Wisata, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Dengan pasien yang berasal dari berbagai kota / daerah di Indonesia.

» baca selengkapnya


Tokoh ABA Dunia

Prof. Ole Ivar Lovaas

Prof. Ole Ivar Lovaas
Bapak ABA Dunia

Profesional Pertama Di Dunia Yang Menerapkan ABA Untuk Autisme

Profesor Lovaas merupakan profesional pertama yang menerapkan ABA (Applied Behavior Analysis) untuk Autisi (Penyandang Autisme).
Dimulai pada tahun 1962, kemudian publikasi pertama pada tahun 1967, sehingga ABA untuk autisme dikenal juga sebagai Metode Lovaas.

Pada tahun 1993, Catherine Maurice menerbitkan bukunya yang berjudul Let Me Hear Your Voice, sehingga ABA menjadi terkenal ke seluruh dunia.
Dalam bukunya tersebut, Catherine Maurice menceriterakan tentang 2 anaknya yang autistik yang ditangani dengan ABA oleh Prof. Lovaas dan team, kemudian keduanya sembuh sehingga tidak bisa dibedakan dengan anak lain.

Setelah publikasi pertama penerapan ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme) oleh Prof. Lovaas pada tahun 1967, maka banyak ahli ABA dan praktisi ABA yang mengembangkan dan menyempurnakan ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme).
dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPd.I yang mempelajari ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme) juga mengembangkan dan menyempurnakannya, terlebih khusus lagi untuk penyesuaian penggunaannya dalam bahasa Indonesia.
Sejak tahun 2009, Rudy Sutadi dan Arneliza Anwar, mengembangkan Smart ABA dan dicanangkan pada tahun 2011. Yaitu melakukan assembling (perakitan) dan penyempurnaan Struktur-Struktur ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme), Sistematika khususnya dalam Bahasa Indonesia, dan Sistem Penilaian yang kuantitatif (terukur dengan angka-angka dan persentase). Sehingga Smart ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme) bisa dikatan nyaris sempurna.


Tokoh ABA Indonesia

dr. Rudy Sutadi

dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPd.I
Bapak ABA Indonesia

Profesional Indonesia Pertama Yang Mempopulerkan Dan Menyebarluaskan ABA Untuk Autisme Di Indonesia

Dokter Spesialis Anak yang menangani Autisme ini merupakan profesional yang langka, karena menguasai dua Terapi Utama Autisme yaitu ABA (Applied Behavior Analysis) dan Biomedical Intervention Therapy (BIT).
Kiprahnya diakui secara nasional maupun di lingkup internasional.

Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI, adalah profesional Indonesia pertama yang menyebarluaskan dan mempopulerkan ABA untuk autisme di Indonesia, sejak tahun 1997.

Mempelajari ABA dari berbagai sumber, antara lain:
» LIFE (Lovaas Institute For Early Intervention), Los Angeles, USA
» PennState University, Pennsylvania, USA
» The Option Institute, New York, USA
» ISADD (Integration Service For Autism And Development Delay), Perth, Australia
» CalABA (California Association For Behavior Analysis), USA
» dan lain-lain

Sejak tahun 2009, Rudy Sutadi dan Arneliza Anwar, mengembangkan Smart ABA dan dicanangkan pada tahun 2011. Yaitu melakukan assembling (perakitan) dan penyempurnaan Struktur-Struktur / SOP ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme), Sistematika khususnya dalam Bahasa Indonesia, dan Sistem Penilaian yang kuantitatif (terukur dengan angka-angka dan persentase keberhasilan). Sehingga Smart ABA untuk Autisi (Penyandang Autisme) bisa dikatan nyaris sempurna.

» baca selengkapnya


Tokoh Penerus ABA

Liza Arneliza Anwar

Liza (Arneliza Anwar)
Tokoh Penerus ABA Indonesia

Advance Trainer Pada Smart ABA

Beberapa tahun setelah dokter Rudy tidak dapat aktif, penggunaan ABA yang betul dan benar sudah terkikis dan melenceng jauh, oleh karena itu Liza menggagas "Kembali Ke ABA" (Back To ABA).
Kemudian Liza bersama dokter Rudy mengembangkan Smart ABA.

Smart ABA merupakan ABA (Applied Behavior Analysis) yang dikembangkan oleh dokter Rudy bersama Liza, yaitu dengan melakukan assembling (perakitan) berbagai Struktur / SOP (Standard Operating Procedure), serta Sistematika yang khusus bahasa Indonesia, dan tolok ukur yang jelas (yaitu Sistem Penilaian yang kuantitatif dengan angka-angka dan persentase keberhasilan). Juga Kurikulum (Program dan Aktivitas) yang sangat jauh dikembangkan.

Sampai dengan tahun 2019, Liza telah memberikan lebih dari 50 kali Pelatihan / Training Smart ABA ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Pendapatnya tentang berbagai jenis terapi lainnya yang ada di Indonesia, Liza dengan tegas mengatakan "silahkan tunjukkan hasil penelitian metode tersebut untuk anak-anak autistik" (yang ternyata tak ada).
Sedangkan pendapatnya tentang terapis atau klinik/tempat terapi yang menangani autisme, "silahkan tanyakan berapa anak yang telah berhasil masuk sekolah reguler dengan benar, bukan sekedar sekolah-sekolahan, bukan sekolah inklusi apalagi sekolah khusus atau sekolah luar biasa", tukasnya.

Sejak tahun 2010 Liza/Arneliza mulai merintis berdiri dan terselenggaranya KID ABA (Klinik Intervensi Dini - Applied Behavior Analysis) untuk Autisi (Penyandang Autisme), di kawasan Grand Wisata, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Dengan pasien yang berasal dari berbagai kota / daerah di Indonesia.

» baca selengkapnya